Gerakan nasional peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Upaya
ini penting dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat, para ibu sebagai
pelopor peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk itu diperlukan motivasi
yang tinggi sejak dini dan dukungan serta bimbingan yang optimal dari keluarga,
lingkungan dan tenaga kesehatan yang merawat ibu selama hamil, bersalin dan
masa nifas. Ibu yang sedang menyusui diharapkan dapat memberikan ASI secara
optimal, sehingga bayi dapat tumbuh kembang dengan normal sebagai calon sumber
daya manusia yang berkualitas (Dinkes Jawa Tengah, 2008).
Masalah yang masih sering dijumpai pada masa nifas adalah masalah payudara
seperti bendungan ASI, abses, mastitis, puting lecet (Yetti, 2010). Bendungan
adalah salah satu masalah yang sering
terjadi. Bendungan ASI rata-rata terjadi pada hari ke 2 sampai 3 post partum,
sebagian besar keluhan pasien adalah payudara bengkak, keras dan terasa panas. Gejala yang
biasa terjadi antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, tidak
terlihat mengkilat, edema atau merah. ASI biasanya mengalir lancar dan
kadang-kadang menetes keluar secara spontan, namun ada pula payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat
mengkilat dan edema. Puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir
dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang
menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 2005). Hal ini
dapat diantisipasi dengan perawatan payudara dan menyusukan segera setelah
persalinan karena apabila tidak disusukan dengan baik atau tidak dikosongkan
dengan sempurna maka akan terjadi bendungan ASI. Jika hal ini dibiarkan maka
dapat terjadi infeksi yang disebut mastitis (Wiknjosastro, 2012).